BIOGRAFI SINGKAT MUHAMMAD BIN ANDUL WAHAB (1703-1778 M)

Rabu, 28 November 20124komentar


MUHAMMAD BIN ANDUL WAHAB (1703-1778 M)

Muhammad bin Abdul wahab, dilahirkan di Uyainah, Najd pada tahun 1115H/1703H. nama lengkapnya adlah Abdullah Muhammad bin abdul wahab bin sulaiman bin ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid At-Tamimi. Ia berasal dari keturunan yang memiliki basis pengetahuan agama yang kuat. Kakeknya sulaiman ibn Muhammad adalah seorang mufti (ulama fiqh yang pemberi fatwa) di Najd. Sedangkan ayahnya bernama Abdul wahab adalah seorang Qadi (hakim) di Uyainah pada masa pemerintahan Abdullah bin Muhammad bin mu’amar.

Karir pendidikan diawali dari bimbingan ayahnya dalam bidang fiqh hambali, Al-Qur’an  (tafsir), hadits dan tauhid. Pendidikan yang diterimahnya diri ayahnya yang besar yang kuat bagi Muhammad bin Abdul wahab untuk pemulihan gerakan pemulihan agama islam. Karena itu, sebelum usianya mencapai 10 tahun, Muhammad bin Abdul wahab telah menghafal Al-Qur’an dan hadits-hadits yang terdapat dalam kitab Kutubus Sittah. Memasuki usia yang ke-20 tahun ia sudah mulai bersikap kritis terhadap kondisi sosial dan keagamaan pada masyarakatnya. Tak jarang ia melakukan kritikan bahkan celaan terhadap segala macam bentuk kepercayaan yang berbaur kemusyrikan  dan praktik-praktik yang menyimpang dari   syari’at islam.
Sikapnya ini kemudian berdampak besar bagi diri dan ayahnya. Ia sendiri di asingkan oleh para ulama.sementara ayahnya di pecat dari jabatanya sebagai Qadi. Akibatnya tekanan politik dan keagamaan masyarakatnya, di tambah dengan pemecatan ayahnya, menyebabkan keluarga Muhammad bin Abdul wahab tidak dapat menjalani kehidupan sebagai mana mestinya. Mendasari kenyataan ini, akhirnya Muhammad bin Abdul wahab dan keluarganya pergi hijrah ke Huraimila pada tahun 1726 M. tetapi mereka tidak lama menetap didaerah ini. Karena itu mereka mencoba berusaha untuk kembali kekampung halaman di Uyainah, namun kedatangan mereka tidak disambut dengan baik, karena dirinya telah mempermalikan masyarakat Uyainah, dan posisi ayahnya juga telah jatuh.
Akhirnya, ia pun pergi meninggalkan Uyainah dan menuju Hijaz. Di kota inilah Muhammad bin Abdul wahab menunaikan ibadah haji. Menurut laporan Ibn Bishr didalam kitabnya Unwan Al-Majd Fi Tarikh Najd bahwa Muhammad bin Abdul wahab di madinah belajar dibawah bimbingan dua orang syeikh yaitu Abdullah bin Ibrahim bin sayf dan syeikh Muhammad hayyat Al-Sindi. Kedua syeikh tersebut pengagum ajaran ibnu taimiyah dan ulama yang menganjurkan untuk melakukan gerakan reformasi di mana-mana.
Kedua ulama tersebut bemberikan pengaruh terhadap pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab. Muhammad Hayyat memberikan pengaruh besar atas pandangan pandangan keagamaan Muhammad bin Abdul wahab, terutama menyangkut doktrin tauhid, penentangan terhadap taqlid dan perlunya kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits. Muhammad hayyat, termaksud sala seorang ulama yang menentang pertikaiyan yang tidak perlu diantara mazhab-mazhab, dan sebaiknya mengajarkan toleransi dan rekonsiliasi. Lebih jauh lagi, ia menghimbau ulama untuk melakukan ijtihad berdasarkan Al-Qur’an dan Alhadits. Ia juga menentang inovasi yang tidak berdasarka  (bid’ah al-dhalalah) yang dapat membawa kepada syirik.
Sedangkan Abdullah bin Ibrahim bin sayf adalah seorang ulama terkemuka di madinah yang menguasai fiqh hambali dan hadits, selain itu ibnu sayf juga salah seorang pengagum pemikiran ibnu taimiyah.yang menyerukan kepada kaum muslimin untuk kembali kepada Al-Qur’an dan alhadits serta meninggalkan praktek-praktek bid’ah merekaoleh karena itu, tampaknya ada kemungkinan menyuruh Muhammad bin Abdul Wahab membaca karya-karya ibnu taimiyah. Ibn sayf yang mengikuti perkembangan pemikiran ibnu taimiyah percaya bahwa pembaharuan harus dilaksanakan untuk menyebarka pemahaman serta prakti-praktek islam yang benar. Hanya saja cara yang dianjurkannya tidak dengan kekerasan, melainkan cara-cara yang sejuk dan damai, seperti melalui pengajaran. Selain itu juga di ketahui nahwa ibn Sayf  mengatakan kepada Muhammad bin Abdul Wahab senjata yang paling baik untuk memerangi keyakinan dan praktek-praktek yang tidak benar adalah buku.
Peristiwa penting lainnya dalam proses evolusi intelektual Muhammad bin Abdul Wahab ketika ia melanjutkan studinya ke basra dan tinggal menetap dikota ini selama 4 tahun. Dibasra, ia mempelajari hadits, fiqh dan filologi. Salah seorang gurunya di basra adalah Muhammad Al-majmu’i. selain aktif belajar dari para ulama setempat, ia juga aktif dalam kelompok studi. Aktifitas lainnya mengajak para ulama  untuk melakukan reformasi dunia islam. Namun usianya  itu mendapat perlawanan dari para ulama, sehingga ia pun meninggalkan basra.
Setelah mengikuti pendidikan di basra, ia pindah di bagdad.di kota ini ia memasuki hidup baru dengan menikahi seorang wanita kaya. Lima tahun kemudian, setelah istrinya meninggal dunia, ia pindah ke Kurdistan kemudian ke Hamdan dan Isfahan. Di kota terakhir ini, ia sempat mempelajari filsafat dan tasawuf. Setelah bertahun-tahun merantau, ia kembali kekota kelahiranya di Najd.
Di Negara asalnya itu , ia sempat mempelajari tafsir Al-Qur’an, syarah assunah dan kitab-kitab lain mengenaai ilmu-ilmu keislaman, seperti kitab karangan ibnu taimiyah dan ibnu Qayim Al-Jauziah.

Share this article :

+ komentar + 4 komentar

13 April 2018 pukul 08.39

terima kasih

16 Oktober 2018 pukul 21.10

tank you.................................................. maaf banyak titik nya.

13 Desember 2018 pukul 04.28

Ulama Besar, tidak ada ulama saat ini seperti Beliat.

10 Agustus 2020 pukul 18.27

Terima kasih yang suka membuat kisah tentang ulama besar bin andul wahab saya benar-benar berterima kasih

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. The Adventure Story - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger